Kumpulan Kata Bijak Dari Facebook Boy Chandra
Saturday, June 17, 2017
Add Comment
Dek, kau boleh saja marah, kecewa, sedih, bahkan benci pada seseorang yang menciptakan kau patah hati. Namun, alangkah akan menyenangkan dikenang nanti –saat patah hatimu sudah pulih– semua hal yang terasa itu tercipta jadi karya. Menjadi puisi, buku, lagu, lukisan, atau karya seni lainnya. Jangan membiarkan diri dibentuk duka dengan sia-sia. Kesedihan selalu bisa menjadi sesuatu yang lebih berharga.
Aku hanya bisa menjalani hidup denganmu. Merencanakan hal-hal baik akan itu. Tapi perjalanan tetaplah perjalanan. Kerikil dan lubang-lubang mampukah tetap membuatmu bertahan? Mampukah kau tetap mencintaiku meski saya gagal menyayangi hidupku.
Jangan menghilang lagi. Sebab hilangmu merusak suasana hati. Jangan pergi tanpa kabar lagi, alasannya pergimu selalu saja meninggalkan sepi. Jika kau tidak bisa menguatkan saya dengan ada di sampingku. Jangan lemahkan saya dengan keberadaanmu yang tidak menentu. Jika kita tidak bisa bertemu setiap waktu. Setidaknya berusahalah untuk tidak menciptakan terlalu usang menunggu. Karena kalau kita benar saling jatuh cinta. Kita tidak akan pernah membiarkan hati yang utuh menjadi luka.
Semoga kau menjadi yang baik untukku. Teman yang mengurangiku melaksanakan keburukan-keburukan menyerupai di masa lalu. Seseorang yang mendapatkan langkah untuk menuju hal baru. Sesuatu yang membawa perubahan pada diriku. Yang tak pergi meski tahu, banyak kesalahan pernah kulakukan di hari-hari yang berlalu. Kamu yang tetap ingin saling tumbuh. Walau paham, saya pernah jatuh. Jika hari ini saya masih terlihat jelek dalam bersikap. Ajaklah pada hal yang baik. Meski pelan-pelan saja. Setidaknya, kita punya tujuan yang lebih indah akhirnya.
Jika nanti kau tak lagi denganku. Tetaplah percaya. Bahwa semua yang jatuh tak jatuh begitu saja. Setiap perpisahan, tak terjadi begitu saja. Ada hal-hal yang mungkin saja tidak kita ketahui. Sesuatu yang menjadikan semua itu terjadi.
Aku pernah mencar ilmu merelakanmu berkali-kali. Melepasmu pergi dengan cinta yang lain. Membiarkan kesempatan memilikimu hilang untukku. Sebab kau berhak bahagia; meski sesungguhnya saya tidak senang dengan keputusan itu. Ketidak-beranianku mengikatmu memberi ruang bagi orang ajaib mendekatimu.
Kupikir hidup akan baik-baik saja. Semua harus berjalan menyerupai sedia kala. Kamu dengan seseorang yang memilihmu. Aku dengan hati gres yang mencoba tumbuh di hidupku. Kuberikan hatiku pada seseorang yang lain. Kubiarkan beliau menggantikanmu. Namun, saya keliru. Melupakanmu ternyata tidak pernah semudah itu.
BOY CANDRA, dalam Novel: Seperti Hujan Yang Jatuh Ke Bumi.
Orang-orang yang tidak tahu hidup kita. Tidak paham bagaimana usaha kita. Kadang memang ada yang iseng. Mungkin butuh hiburan. Ikut campur apa yang kau perjuangkan. Lalu menyalah-nyalahkan. Memang begitu sebagian. Tapi tak mengapa. Itu mungkin potongan dari asin manisnya hidup. Agar tak datar saja. Agar ada gejolaknya.
Aku tahu kau hanya kesepian. Lalu mencariku untuk kenyamanan sementara. Setelah kau merasa suasana hatimu baik kembali. Jiwamu ramai kembali. Kamu niscaya akan pergi lagi. Mencari jalan lain. Dan saya tertinggal menyerupai sediakala.
Bolehkah kita menasihati orang lain? Tentu saja boleh. Dianjurkan malah.
Tapi, kalau tidak bisa menasihati dengan baik. Malah jatuhnya merendahkan. Mengata-ngatai dengan tidak lebih baik.
Bukannya menambah kebaikan, malah bikin orang lain jadi tidak nyaman lagi pada kita. Sebaiknya, belajarlah lebih dulu cara menasihati yang lebih tepat.
Kadang, begitu gampang menasihati orang lain. Perihal ini itu. Namun, untuk menasihati diri sendiri kita sering gagal malahan.
Aku mengangumimu lantaran kau mau belajar, bukan lantaran kau pintar. Aku membetahimu lantaran kau biasa saja. Bukan memaksakan diri biar terlihat istimewa. Tahu kah engkau? Semakin kau ingin belajar, semakin saya merasa ada banyak hal yang bisa kutemukan dari dirimu. Semakin kau memperlihatkan yang biasa saja dari dirimu, semakin ada banyak hal yang ingin kutahu; apa lagi yang kau sembunyikan dariku.
Setiap kali kau bicara yang mengarah pada hal yang melemahkanku. Memandang di bawah impian dan hal-hal yang kukerjakan. Aku merasa kau sama saja dengan beberapa orang yang pernah kukenal.
Aku tidak butuh kau sanjung. Tapi setidaknya, tidak perlu ikut meremehkan usahaku. Sebab, apalah artinya kau kuanggap penting kalau saja diriku dan impianku tak penting bagimu.
Setiap kali bertemu kau lagi saya selalu memperbaiki raut wajah berkali-kali. Memasang mimik muka yang pas sebagai orang asing. Mencari nada bunyi yang pas sebagai orang lain. Itulah alasan mengapa setiap kali bertemu kau saya lebih banyak memalingkan muka. Aku lebih banyak membisu daripada bicara. Karena setiap kali kau menatapku. Setiap kali kau membalas ucapanku. Aku harus berkali-kali menekankan kepada hatiku. Aku tidak akan mengulangi jatuh cinta lagi kepadamu. Semuanya sudah berakhir dan tidak akan pernah saya mulai lagi.
–BOYCANDRA, dalam buku “Senja, Hujan, dan Cerita Yang Telah Usai.”
Sumber http://www.duniakata.com
Quote Boy Chandra |
Menjauhi dan menjaga jarak bukan semata lantaran alasan telah dibentuk kecewa. Namun, kau harus tahu, hidup akan tetap berlanjut. Masa lalu, biarlah bermetamorfosis mimpi-mimpi yang tak nyata. Terimalah dengan lapang dada. Jangan memaksa untuk terus ada. Aku memang sudah menentukan jalan lain. Tak lagi sanggup mendapatkan kecewa-kecewa yang lain. Pahamilah, kita sudah saling jauh dan saling kalah.Kalau suatu hari nanti saya gagal mencintaimu sesuai yang kau harapkan. Aku gagal menjadi seseorang yang paling kau inginkan. Akankah kau membenciku? Akankah semua yang terjadi hilang makna begitu saja? Kau akan menjadi orang paling ajaib dan menatapku dengan tatapan paling jahat?
Aku hanya bisa menjalani hidup denganmu. Merencanakan hal-hal baik akan itu. Tapi perjalanan tetaplah perjalanan. Kerikil dan lubang-lubang mampukah tetap membuatmu bertahan? Mampukah kau tetap mencintaiku meski saya gagal menyayangi hidupku.
Harusnya saya marah. Tapi kuredam lagi. Karena tak ada gunanya. Tak mengubah apa pun. Marah menciptakan jarak di antara kita. Merentang jalan panjang dan memperabukan segala yang tersisa. Itulah kenapa saya lebih menentukan membisu dan menenangkan diri sesaat. Saat kesal darimu kudapat. Sebab, itu jauh lebih baik. Dari pada melepaskan murka dan menciptakan yang utuh tercabik.
Jangan menghilang lagi. Sebab hilangmu merusak suasana hati. Jangan pergi tanpa kabar lagi, alasannya pergimu selalu saja meninggalkan sepi. Jika kau tidak bisa menguatkan saya dengan ada di sampingku. Jangan lemahkan saya dengan keberadaanmu yang tidak menentu. Jika kita tidak bisa bertemu setiap waktu. Setidaknya berusahalah untuk tidak menciptakan terlalu usang menunggu. Karena kalau kita benar saling jatuh cinta. Kita tidak akan pernah membiarkan hati yang utuh menjadi luka.
Ada titik saya merasa saya hanya butuh diriku sendiri. Memeluk diriku sendiri. Menenangkan kegelisahan yang ada di dalam dada. Meyakinkan bahkan kecemasan-kecemasan akan segera reda. Lalu megajarkan bibirku tersenyum –apa pun yang sedang dijalani. Aku butuh kekuatan dari dalam diriku sendiri; yang menguatkan dalam segala suasana. Tidak akan menjatuhkan dan merendahkan meski saya gagal mendapatkan apa yang saya cita-cita. Mungkin benar, saya memang hanya butuh diriku sendiri. Mendekap semua impian yang dimiliki. Yang masih jauh, yang sudah hampir didekap, yang masih harus diperjuangkan. Maka, kuatlah diriku. Jalan ini masih butuh semua keyakinan itu.
Semoga kau menjadi yang baik untukku. Teman yang mengurangiku melaksanakan keburukan-keburukan menyerupai di masa lalu. Seseorang yang mendapatkan langkah untuk menuju hal baru. Sesuatu yang membawa perubahan pada diriku. Yang tak pergi meski tahu, banyak kesalahan pernah kulakukan di hari-hari yang berlalu. Kamu yang tetap ingin saling tumbuh. Walau paham, saya pernah jatuh. Jika hari ini saya masih terlihat jelek dalam bersikap. Ajaklah pada hal yang baik. Meski pelan-pelan saja. Setidaknya, kita punya tujuan yang lebih indah akhirnya.
Bisakah kau meyakinkan diriku tanpa menumbuhkan ragu di dirimu? Kamu tahu betul, dulu separuh hatiku terlalu hancur. Cobalah menguatkan saya dengan menekankan kau meyakini semua ini. Jika kau ragu —sebab luka itu pernah terlalu dalam— bagaimana saya bisa berpengaruh sendiri. Keraguan seringkali melahirkan keraguan lain.
Aku butuh merasa diyakini. Agar saya juga semakin yakin akan jalan ini. Kamu jangan melemahkan, alasannya itu bisa saja mematahkan. Kamu tahu, separuh hatiku pernah patah dan hancur di hari lalu. Lihatlah saya sebagai masa depan yang baik. Jangan bawa terus masa laluku yang jelek dan pernah menciptakan saya terpuruk. Aku mencintaimu. Jika kau belum percaya semua itu untukmu. Aku akan mencar ilmu lagi cara mencintaimu. Lagi, berkali-kali, lagi.
Jika nanti kau tak lagi denganku. Tetaplah percaya. Bahwa semua yang jatuh tak jatuh begitu saja. Setiap perpisahan, tak terjadi begitu saja. Ada hal-hal yang mungkin saja tidak kita ketahui. Sesuatu yang menjadikan semua itu terjadi.
Jika kau merasa cinta, maka pertahankan perasaan itu. Jika bukan, ada baiknya lepaskanlah sejauh-jauhnya. Tidak baik menahan hati seseorang di hatimu, kalau saja kau tidak bisa mencintainya sepenuh hati.
Aku pernah mencar ilmu merelakanmu berkali-kali. Melepasmu pergi dengan cinta yang lain. Membiarkan kesempatan memilikimu hilang untukku. Sebab kau berhak bahagia; meski sesungguhnya saya tidak senang dengan keputusan itu. Ketidak-beranianku mengikatmu memberi ruang bagi orang ajaib mendekatimu.
Kupikir hidup akan baik-baik saja. Semua harus berjalan menyerupai sedia kala. Kamu dengan seseorang yang memilihmu. Aku dengan hati gres yang mencoba tumbuh di hidupku. Kuberikan hatiku pada seseorang yang lain. Kubiarkan beliau menggantikanmu. Namun, saya keliru. Melupakanmu ternyata tidak pernah semudah itu.
BOY CANDRA, dalam Novel: Seperti Hujan Yang Jatuh Ke Bumi.
Kalau hari ini kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan. Mungkin bergotong-royong bukan itu yang kita butuhkan. Bukankah sudah dari usang dikatakan, Yang Mahakuasa tidak memberi apa yang diinginkan, tapi memberi apa yang kita butuhkan. Kalau yang kita inginkan belum sesuai dengan yang kita butuhkan, mungkin kita akan ditunda dulu untuk mendapatnya.
Orang-orang yang tidak tahu hidup kita. Tidak paham bagaimana usaha kita. Kadang memang ada yang iseng. Mungkin butuh hiburan. Ikut campur apa yang kau perjuangkan. Lalu menyalah-nyalahkan. Memang begitu sebagian. Tapi tak mengapa. Itu mungkin potongan dari asin manisnya hidup. Agar tak datar saja. Agar ada gejolaknya.
Kalau tidak bersyukur, ya, tidak akan pernah ada yang cukup di dunia ini. Sudah dikasih kesempatan di jalan satu, inginmu masih jalan yang satu lagi. Ya nggak bisa... yang ada kau malah nggak sanggup dua-duanya.
Cara paling gampang bersyukur yaitu dengan sering-sering mengukur diri. Kalau memang kita tidak bisa mendapatkan satu kesempatan yang kita inginkan. Bisa jadi kemampuan kita memang tak seimbang dengan keinginan itu. Atau usaha kita kurang keras.
Atau malah ada planning lain yang tidak terlihat, tidak kita pahami, kenapa kita diberikan kesempatan di jalan yang bergotong-royong tidak kita inginkan.
Aku tahu kau hanya kesepian. Lalu mencariku untuk kenyamanan sementara. Setelah kau merasa suasana hatimu baik kembali. Jiwamu ramai kembali. Kamu niscaya akan pergi lagi. Mencari jalan lain. Dan saya tertinggal menyerupai sediakala.
Rasanya saya ingin marah. Tapi sudahlah. Tak ada gunanya marah. Setidaknya, saya menikmati dialog denganmu. Walau itu hanya sekadar penenang hatimu. Tapi tidak dengan hatiku sehabis itu.
Kamu hanya perlu memberiku ruang untuk diriku mengejar apa yang saya inginkan. Jangan memaksa saya menjadi menyerupai yang kau mau. Jika saja, apa yang kau mau tidak membuatku nyaman menjalaninya. Aku hanya ingin kau mendampingi, bukan menghakimi. Aku hanya butuh kau mengimbangi, bukan menggiringku. Tetaplah jadi potongan baik dalam segala usahaku. Nanti, kau akan paham kenapa saya keras kepala memperjuangkan impianku. Hidup dan bekerja dengan apa yang disukai yaitu kebahagiaan yang tak bisa dibeli. Tak apa lelah dan ajaib di mata orang lain. Namun jalan yang kupilih sudah kupastikan yang dikala ini kuingin.
Bolehkah kita menasihati orang lain? Tentu saja boleh. Dianjurkan malah.
Tapi, kalau tidak bisa menasihati dengan baik. Malah jatuhnya merendahkan. Mengata-ngatai dengan tidak lebih baik.
Bukannya menambah kebaikan, malah bikin orang lain jadi tidak nyaman lagi pada kita. Sebaiknya, belajarlah lebih dulu cara menasihati yang lebih tepat.
Kadang, begitu gampang menasihati orang lain. Perihal ini itu. Namun, untuk menasihati diri sendiri kita sering gagal malahan.
Aku berhenti mengejarmu. Bukan lantaran cintaku telah habis. Namun saya menyadari ada banyak hal diciptakan Yang Mahakuasa di luar batas kemampuan manusia. Sekadar kau tahu, perasaanku masih saja untukmu. Masih sama menyerupai dikala saya menyatakan cinta, masih ingin kau saja selamanya. Namun saya paham. Adakalanya saya memang harus menyerahkan segalanya pada Tuhan. Saatnya memintamu dengan iman.
–BOYCANDRA, dalam buku “Satu Hari Di 2018.”
Kata Bijak Boy Chandra |
Apalah artinya kalimat-kalimat sayang, kalau jadinya kau hilang. Pergi begitu saja, padahal saya lagi rindu-rindunya.
Apalah artinya sehimpun janji, kalau tak ada yang bisa kau tepati. Kau melupakan ucapan-ucapanmu sendiri, seolah semua yang disampaikan tak pernah diseriusi.
Setiap kali kau bicara yang mengarah pada hal yang melemahkanku. Memandang di bawah impian dan hal-hal yang kukerjakan. Aku merasa kau sama saja dengan beberapa orang yang pernah kukenal.
Aku tidak butuh kau sanjung. Tapi setidaknya, tidak perlu ikut meremehkan usahaku. Sebab, apalah artinya kau kuanggap penting kalau saja diriku dan impianku tak penting bagimu.
Menjadi kau mungkin menyenangkan, sehabis dicintai bisa semudahnya membuang. Setelah disayangi lantas kau merasa berhak menyakiti. Sementara saya tertatih untuk bangkit kembali. Andai gampang membencimu, saya sudah melakukannya sejak kau menentukan berlalu. Namun perasaan tak pernah sepenuhnya bisa dikendalikan. Aku masih mencarimu dalam doa-doa, meski tidak sesering dulu sewaktu awal saya terluka. Lelah rasanya begini, mengharapkanmu yang tak pernah peduli. Mengggenggam hati seseorang yang tak lagi bersedia dimiliki.
–BOYCANDRA, dalam buku “Senja, Hujan, dan Cerita Yang Telah Usai.”
Setiap kali bertemu kau lagi saya selalu memperbaiki raut wajah berkali-kali. Memasang mimik muka yang pas sebagai orang asing. Mencari nada bunyi yang pas sebagai orang lain. Itulah alasan mengapa setiap kali bertemu kau saya lebih banyak memalingkan muka. Aku lebih banyak membisu daripada bicara. Karena setiap kali kau menatapku. Setiap kali kau membalas ucapanku. Aku harus berkali-kali menekankan kepada hatiku. Aku tidak akan mengulangi jatuh cinta lagi kepadamu. Semuanya sudah berakhir dan tidak akan pernah saya mulai lagi.
–BOYCANDRA, dalam buku “Senja, Hujan, dan Cerita Yang Telah Usai.”
"Kadang, kita memang harus melupakan. Bukan lantaran kita nggak cinta, melainkan lantaran kita tahu cinta kita nggak pernah bisa tumbuh di hatinya."
--boycandra, dalam Novel "Pada Senja yang Membawamu Pergi."
Kata Kata Boy Chandra |
0 Response to "Kumpulan Kata Bijak Dari Facebook Boy Chandra"
Post a Comment